Rabu, 30 Juni 2010

Peninggalan Kebudayaan Purworejo


Peninggalan kebudayaan yang ada di Purworejo itu banyak sekali satu diantaranya adalah Gua Seplawan. Gua Seplawan :
Pesona alam dan peninggalan purbakala celah tebing tinggi mengapit anak-anak tangga menuju mulut Goa Seplawan yang berada di salah satu puncak Pegunungan Menoreh di Desa Danorejo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Ratusan anak tangga membantu pengunjung meniti jalan menurun menuju mulut goa yang dipenuhi stalaktit dan stalagmit itu.
Pegunungan purba yang telah terbentuk sejak puluhan juta tahun itu terbentang mulai dari Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta, hingga Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Proses evolusi alam telah membentuk permukaan pegunungan itu sedemikian rupa sehingga menghadirkan sebuah keajaiban panorama alam. Goa Seplawan yang berada di ketinggian sekitar 800 meter di atas permukaan laut cukup menawan. Mulut goa itu menyerupai corong yang melebar di bagian atas dan menyempit di bagian leher. Permukaan mulut goa yang melebar dan cukup landai itu secara evolutif mengalami pelebaran terus-menerus akibat erosi. Erosi yang terjadi pada mulut goa, misalnya, langsung "ditelan" oleh leher goa yang berbentuk tegak lurus, menyerupai sumur. Diameter leher goa itu mencapai 15 meter, dengan kedalaman sekitar 12 meter. Dahulu tidak mudah untuk mencapai Goa Seplawan. Namun, sekarang Pemerintah Kabupaten Purworejo telah membangun jalan setapak, selain menyediakan penerangan di dalam goa sehingga wisatawan dapat menikmati lokasi itu dengan nyaman. Pada salah satu altar di dinding goa itu—karena memang ada bagian-bagian datar yang menyerupai altar pada dinding goa—ditemukan arca emas setinggi lebih kurang 9 sentimeter, dengan kadar emas 22 karat. Arca itu terdiri atas sepasang pria dan wanita yang sedang bergandengan tangan.
Diyakini, arca tersebut adalah Dewa Siwa dan Dewi Badrawati. Kini arca emas tersebut disimpan di Museum Nasional, Jakarta.
Sebagai tanda bahwa arca tersebut ditemukan di Goa Seplawan, maka didirikanlah replika arca di depan mulut goa. Replika arca itu dibangun dengan ukuran jauh lebih besar dari ukuran aslinya sehingga menyerupai monumen. Selain itu, ditemukan pula lingga-yoni di samping mulut goa. Pasangan lingga-yoni itu menyerupai alu dan lesung yang menyimbolkan laki-laki dan perempuan. Temuan lain yang dijumpai pula di Goa Seplawan adalah jejak-jejak fosil kerang berukuran 5 cm-15 cm. Jejak-jejak fosil itu dapat ditemui pada dinding goa dan, menurut laporan Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah, hal itu merupakan hasil proses terangkatnya daerah sekitar Pegunungan Menoreh ke permukaan laut. Diperkirakan, temuan itu merupakan jejak-jejak fosil kerang laut. Di tempat itu ditemukan juga jejak fosil berbagai jenis ikan asal Sumatera Barat yang menempel pada dinding goa. Binatang itu diduga pernah hidup di dasar laut pada masa Eosen, sekitar 40 juta tahun yang lalu. Perkiraan bahwa goa tersebut bukan tempat hunian karena di dalamnya kurang cahaya, bahkan sirkulasi udaranya pun tidak terlalu menyegarkan. Lantai goa yang berbentuk tanah basah dan selalu dialiri air pun membuat lokasi itu tidak nyaman untuk dijadikan tempat tinggal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar